Malam begitu dingin, dan angin pun berhembus membelai ilalang dihamparan tanah yang luas membentang. Alunan simphony melenakan setiap insan yang terbaring diperaduan. Langit cerah, hamparan samudera terbentang luas sejauh mata memandang. Gunung-gunung menjulang tinggi, tegak berdiri tak tergoyahkan. Jantung berdetak seiring jarum jam yang menempel di dinding ruangan. Bunyinya begitu nyata terdengar ditelinga. Tik tok tik tok…
Mendekat seorang anak kepada ibunya, untuk kemudian ia bertanya. Bertanya  tentang benda-benda yang tampak di angkasa.
“Apa itu yang bertebaran di atas sana bu?”.
Dengan belai kasih sayang sang ibu menjawab pertanyaan anaknya.
“Agar kau ketahui nak, dulu sewaktu ibu seusiamu, ibu bertanya pada kakekmu tentang benda-benda yang bertebaran di angkasa itu. Dan ibu mendapat jawaban bahwa benda yang bertebaran di atas sana dinamakan bintang. Ia selalu ada menghiasi malam ketika cuaca cerah. Kerlipnya yang bersahaja menyejukkan kita setiap memandangnya”.
Ditatapnya wajah sang ibu dengan pandangan penuh keheranan. Kembali satu pertanyaan mengalir dari mulutnya.
“Mengapa ia dinamakan bintang bu?”.
Senyumpun tersungging dari bibir sang ibu. Penuh kasih sayang dibelainya pemilik rambut indah di pangkuannya.
“Sesungguhnya ibu tak pernah menanyakan tentang hal itu kepada kakekmu mengapa ia dinamakan bintang. Tapi setahu ibu ia dinamakan bintang karena berada di atas sana nak”.

Tak cukup puas dengan jawaban itu, si kecil pun dengan polosnya bertanya kembali dengan penuh harap.
“Berarti jika berada di bawah sini tidak dinamakan bintang. Lalu dinamakan apakah jika berada di bawah sini bu?”.
Sang ibu tertegun sejenak. Keningnya berkerut, matanya menatap jauh ke atas sana. Dengan sentuhan kasih sayang di raihnya tangan mungil di dekatnya, kemudian di genggamnya  penuh kelembutan. Dengan senyum lembut diajaknya si kecil berjalan ke pelataran rumah. “Coba kau tanyakan pada bapakmu nak!”.
Si kecil pun menghampiri bapaknya yang tengah tertegun di pelataran rumah. Kembali ia mengulang pertanyaan yang ia berikan pada ibunya. Bapak si kecilpun tersenyum dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sang anak.
“Agar kau ketahui nak, dulu sewaktu bapak seusiamu, bapak bertanya pada nenekmu tentang benda yang bertebaran di angkasa itu. Dan bapak mendapat jawaban bahwa yang bertebaran di atas sana dinamakan bintang. Adapun jika berada di bawah sini, nenekmu bilang dinamakan genting”.
Si kecil tersenyum, kemudian ia berlari, untuk kemudian menyampaikan pada ibunya apa yang di dapatkan dari bapaknya.
“Oooooo genting bu !”.
Ibu menatap si kecil dengan penuh kelembutan, lalu ia berkata untuk anaknya.
“Sesungguhnya ibu pun memiliki jawaban yang sama dengan bapakmu, hanya saja ibu ingin meyakinkan bahwa ibu dan bapak mempunyai pandangan yang sama tentang hal itu”.
Waktu terus berlalu seiring desir angin berhembus menelusuri celah dahan-dahan pepohonan di sepanjang jalan. Awan putih bergumpal membentuk senyumnya. Gemuruh ombak bersahutan seakan tak henti membelai pasir di pesisir pantai. Disaat bersamaan,  si kecil kembali bertanya kepada sang ibu tentang benda bercahaya di angkasa sana.
“Apakah gerangan benda bulat yang bercahaya terang itu bu?”.
Demi anaknya sang ibu menjawab.
“Perlu kau ketahui nak, benda bulat bercahaya itu dinamakan bulan. Dan ia dinamakan bulan karena ia berada di atas sana. Adapun jika di bawah sini, cobalah kau tanyakan dulu pada bapakmu !”.  Si kecil segera mendekat pada bapaknya, dan mempertanyakan tentang sesuatu yang ia tanyakan kepada ibunya. Dengan penuh harap sang anak berusaha menyimak apa yang akan dikatakan sang bapak ke padanya.
“Perlu kau ketahui nak, jika berada di bawah sini dinamakan lampu bohlam”.
Si kecilpun tersenyum, kemudian kembali berlari menuju ibunya dan merebahkan tubuh mungilnya di pangkuan sang ibu. Dua bola mata indahnya menatap ke arah dimana sang bapak berada. Sebentar dipandanginya angkasa dengan tatapan mata menerawang  jauh ke atas sana.
Kepada ibu dan bapaknya kemudian ia bertanya.
“Mengapa bintang dengan bulan hanya nampak pada malam hari saja?”.
Untuk kesekian kalinya sang bapak memberi penjelasan pada anaknya.
“Kelak, suatu saat nanti kau akan mengerti, tentang semua ini. Masih banyak hal yang harus kau ketahui dan kau fahami selain benda-benda angkasa tersebut. Dan kelak, kau harus mengetahui makna serta arti dari semua ini”.
Si kecil tak berhenti sampai disitu saja. Ia kembali menyampaikan apa yang ingin di ketahuinya.
“Aku ingin cepat besar bu, aku ingin cepat mengerti pak”.
Demi anaknya sang bapak memberi pesan.
“Belajarlah yang rajin agar kau mengerti. Belajar dan teruslah belajar agar kau mampu memahami arti hidup ini”.
Sang Ibu merasa bahwa ia pun harus memberi semangat untuk kemajuan anaknya. Ia berkata dengan curahan kasih sayang, sambil sesekali mengarahkan pandangannya kepada bapaknya sang anak.
“Kau harus sanggup berjanji, jika sudah besar nanti, jangan lupa untuk tidak mengabaikan hal-hal yang kecil. Berikan ia perhatian sekecil apapun perhatiannya, dan jangan lupa juga untuk menolong yang kecil nak !”.
Di genggamnya tangan sang ibu dengan senyum lembut, di kecupnya dengan penuh kehangatan sebelum si kecil terlelap dalam tidurnya.